Postingan

Hujan di penghujung tahun 2019

Ini adalah tulisan yang aku tunjukan pada hujan yang bukan di bulan Juli— Malam itu, ketika kita sudah puas mengelilingi sudut kota kecil tempat kita tinggal hujan deras turun dengan lebat. Belum pukul sembilan malam. Tapi kamu sudah takut karena membawaku terlalu lama ditengah hujan. Padahal aku sangat menikmati, Kita putar arah, Mengetuk pintu kerabat; demi meminjam jas hujan atau apapun untuk melindungiku. Hangat. Tapi bukan karena jaket yang dipinjam.  Kita melaju lagi membelah jalanan yang masih dipenuhi jutaan bulir air dari langit. Saat itu aku bertanya, “apa lebih baik kita berteduh?”  Kamu menggeleng tidak setuju dan terus melaju. “Tapi kamu aman kan? Hujannya tidak menembus jaket?”  Lagi, dirimu hanya mementingkan diriku. Aku melihat bagaimana air yang mencoba menerobos matamu atau dinginnya angin malam yang menerpa tubuhmu. “Kita berteduh.” Ucapku final. Lagi kamu menggeleng. “Berteduh berdua menunggu hujan biasanya dilakukan oleh orang yang pacaran bukan?” Katamu. Aku bingu

Halaman terakhir

      Yan apa kabar? Sudah berapa lama ya kita tidak bertukar pesan? Rasanya baru kemarin kamu menemaniku berburu barang di toko online sampai tengah malam. Aku yang panik bercerita soal bunyi piring yang tiba-tiba berdenting didapur. Malam rabu kliwon cit — begitu katamu aku tidak paham soal makna hari-hari itu. Lalu kamu membuat suasana mencair, Biasanya arwah para kodok yang telah mati ikut menyelinap ke dapur rumah warga — Percakapan yang tidak teratur itu justru saat ini sangat ku rindukan. Kita lanjut lagi mencari topik soal masa depan, tugas kuliah, impian, dan lain-lain. Berharap bahwa percakapan ini tidak akan terputus. Aku memang egois, mengingkan mu singgah namun aku sendiri yang mencoba pergi. Tapi salah siapa yan? Aku bukan perempuan yang bisa dengan gampang mengubah prinsip seseorang. Kita berbeda namun aku berusaha untuk berdampingan dengan perbedaan yang kamu miliki. Bukan aku tidak sabar yan, hanya saja aku tidak ingin jika kamu nanti meninggalkan pri

Untuk esok

Selamat Pagi, Semoga hari ini hujan. Aku berharap pada yg kuasa. Sebab aku ingin hujan menyambut harimu. Karena aku adalah rintik yg jatuh pada dedaunan. Aku akan menyapa pagimu dengan kesejukan.  Ketika kamu mencoba keluar dari rumah, coba angkat kepalamu menghadap sang langit. Bagaimana keadaannya? -Kelabu -Cerah -atau Mimpimu sudah terlihat? Semoga kamu selalu tersenyum. Tidak ada yg lebih indah di hari ini selain mengetahui bahwa kamu akan selalu menjadi orang yang bahagia. Terlepas dari siapa yang membahagiakanmu aku tetap akan menjadi cerita disetiap langkah dan tujuanmu.  Tidak apa hanya bayangan. Sebab terang dan gelap selalu membutuhkan. Sekali lagi selamat hari bahagia untukmu Li. Tolong buat harapan untukku agar menjadi nyata ya! 

Sudah ku putuskan

Untukmu Yan, Bersama bukan pilihan. Sajak-sajak itu tidak cukup. Walau akhirnya aku sudah tetapkan. Kamu bukan tujuan. Anggap aku jahat Yan. Besok kita kembali menjadi teman. Maaf, tapi ini memang harus ku lakukan. Pilihan pertama memang nggak akan buat aku menang, Yan. Aku memang pemaksa. Ingin membuatmu terlihat nyata. Lagi-lagi sajak itu nggak berguna. Aku butuh dunia, Yan. Patah itu dewasa. Tapi pikiranmu itu yang terkurung. Salahkan gadis ini Yan. Sebab mengerti bukanlah jalan yang akan ia ambil. Ia butuh seseorang yang sejalan. Berbeda memang indah. Tapi aku tekankan, kamu bukan orangnya Yan. Ku buat pelangi hanya hitam dan putih pun kamu tetap pada pendirianmu. Maka dari itu ku putuskan, kita ada pada halaman tamat. 

Tanpa Nama

Hai, hari ini aku akan berbagi cerita Tentang seseorang yang tidak harus kalian tau siapa namanya. Biar aku saja, karena membayangkan dia akan hidup di kepala banyak orang membuat aku merasa takut. Ya, aku takut kalian juga ikut menyukainya. Aku dilema. Antara mempertahankan perasaanku pada cinta pertamaku atau harus larut dalam perasaan nyaman yang dibalut pertemanan.  Aku tidak menyangkal jika ada gelenyar aneh saat ia mengirimi ku pesan hingga tengah malam. Aku terlampau senang hingga tidurpun seakan ingin ku lewatkan. Ia teman yang baik. Selalu ada ketika aku butuhkan namun terkadang ia berubah menjadi manusia menyebalkan yang membuat darahku mendidih. Dia adalah manusia penuh imaji.  Namun perlu kutekankan aku masih dilema. Perasaanku belum bisa ditentukan. Aku takut jika pada akhirnya dia akan jatuh lebih dulu disaat aku masih dalam keadaan ragu.  Aku pernah memintanya untuk membuatkan ku sebuah puisi. Berharap saat ia menuliskan puisi untukku, kenangan ku deng

Terlalu jauh

Senja dan fajar Langit dan bumi Nadir dan Zenit Aku dan kamu. Kita jauh. Berjalan tanpa titik temu. Tertawa sambil berkata bahwa kita orang paling bahagia. Mencari jawaban atas sebuah pertanyaan paling besar. "Untuk siapa aku tertawa," "Untuk siapa aku berdoa," "Untuk siapa aku bercerita," "Untuk siapa sebenarnya hati ini?" Kamu terlalu sering bercanda. Begitupun aku yang terlalu tidak peka. Kita dua insan terjebak dalam perasaan nyaman yang berlandaskan 'Pertemanan' Terakhir, aku ingin bertanya; "Sampai kapan?" Saudade -2020

Aksara dalam jiwa

Mereka bilang cinta pertama itu indah … Namun pada realita nya sekarang …. Cinta pertama itu menyakitkan…. Menunggu seseorang yang tidak ingin ditunggu itu berat… Dalam diam aku selalu berdoa… Supaya kedepannya nanti bongkahan es itu akan mencair seiring berjalannya waktu.. Tapi kini kududuk sendiri…. Hanya bertemankan semilir angin yang tak sengaja berlalu Meneratapi nasib yang semakin tak menentu…. Setetes air jatuh dari pelupuk mata ini… Menandakan mata yang tak kuasa menahan banyak nya genangan air yang menumpuk.. Melihat kau merangkul dirinnya dengan mesra…. Hanya tatapan sendu dan ucapan lirih yang kutunjukan Untuk apa aku masih berjuang tapi yang diperjuangkan nya kepingin berlalu…. Mungkin ini saatnya untuk berhenti.